Mengenal 10 Makanan Unik di Yogyakarta
Yogyakarta, sebuah kota yang sarat dengan budaya dan sejarah, juga dikenal dengan kekayaan kuliner khasnya. Dari sekian banyak makanan khas Yogya, ada sepuluh yang benar-benar unik dan menarik. Yang pertama adalah Gudeg, makanan yang identik dengan Yogyakarta ini terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Kedua, ada Bakpia Pathok, kue legendaris ini memiliki rasa manis dari kacang hijau. Selanjutnya, Kipo, sejenis kue tradisional yang terbuat dari ketan dan diisi parutan kelapa. Makanan keempat adalah Geplak, manisnya gula kelapa dan warna-warna ceria membuat hidangan ini wajib dicoba. Lanjut ke yang kelima, Wedang Uwuh, minuman hangat yang bahan-bahannya mirip dengan sampah, namun sejatinya lezat dan menyehatkan.
Nah, makanan keenam adalah Sate Klatak, sate yang ditusuk dengan lidi dan disajikan tanpa bumbu kacang. Lalu ada yang ketujuh, Angkringan Nasi Kucing, nasi dengan lauk sederhana yang menjadi favorit masyarakat. Makanan kedelapan adalah Oseng Mercon, bagi pecinta pedas, hidangan ini wajib dicoba. Menyusul di posisi kesembilan, ada Tempe Mendoan, tempe yang digoreng dengan tepung dan memiliki tekstur yang renyah. Terakhir, ada yang kesepuluh, yaitu Ronde, minuman hangat yang terbuat dari tepung ketan dan diisi dengan kacang tanah.
Menyingkap Cerita Menarik di Balik Makanan Khas Yogyakarta
Dibelakang setiap makanan khas Yogyakarta ini, ada cerita menarik yang patut kita kenali. Menurut Budi, seorang pengamat kuliner Jogja, "Gudeg berasal dari zaman Mataram, saat masyarakat mencari alternatif makanan dari tanaman sekitar, termasuk nangka." Sementara itu, Bakpia Pathok diciptakan oleh penduduk Tionghoa di daerah Pathok, Jogja. Mereka meracik kue ini sebagai alternatif dari makanan khas Tionghoa yang sulit ditemukan di Jogja.
Untuk Kipo, asal-usulnya dari Kotagede, daerah yang dikenal dengan penganan bertepung ketan. Geplak, yang manis dan warna-warninya mencerminkan keceriaan masyarakat Jawa. Sementara Wedang Uwuh, menurut Budi, "awalnya adalah cara masyarakat Jawa untuk memanfaatkan rempah dan daun-daun kering sebagai minuman penghangat tubuh."
Sate Klatak diciptakan oleh penjual sate di Pleret, Bantul, yang menggunakan lidi sebagai tusukan karena kehabisan bambu. Angkringan Nasi Kucing mewakili kehidupan sosial masyarakat Jogja yang sederhana dan egaliter. Oseng Mercon, mencerminkan keberanian dan semangat muda Jogja yang ‘meledak’ seperti mercon. Tempe Mendoan, diciptakan oleh penduduk Banyumas yang merantau di Jogja dan menyesuaikan selera lokal. Terakhir, Ronde, yang sejatinya berasal dari Tiongkok, namun telah disesuaikan dengan selera lokal dan menjadi minuman penghangat di malam hari.